Peningkatan Kualitas Pembelajaran


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas

Oleh Ni Nyoman Padmadewi
Abstrak
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Peserta terdiri dari 20 orang guru SD di Kecamatan Buleleng. Kegiatan diberikan dalam bentuk lokakarya dan workshop (Training and Workshop =TW). Tahapan-tahapan aktivitasnya secara umum mengikuti paradigma Information Processing Theory yang terdiri dari  penyemaian informasi (encoding), pengintergrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi (rehearsal) dan pembelajaran informasi (learning). Untuk mendapat hasil kegiatan yang optimal strategi TW diawali dengan pemberian informasi secara bilateral, dilanjutkan dengan pemberian tugas secara individu dan kelompok, pemantauan secara klinis terhadap pemahaman peserta dan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran peserta meningkat. Hal ini dinilai dari kualitas rencana pembelajaran yang mereka buat dan kemampuan mereka untuk membuat rancangan penelitian kelas dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.


Abstract
This activity was intended to improve the quality of teaching learning process in elementary schools in Buleleng District through a training on teaching strategy and class room action research. This activity was conducted as one of social services of English Education Department. The activity was managed in the form of training and workshop which was conducted based on the paradigm of Information Processing Theory which consists of encoding, decoding, storing, rehearsal and learning. In order to achieve the best results, the activities were started by giving information, followed by  giving individual and group assignments, observation and clinical supervision. The results of the activity showed that the teaching quality could be  improved. This was reflected by  the quality of the teachers’ lesson plans and their ability to make outlines of how to improve their teaching learning process through class room action based research.


A. PENDAHULUAN

            Pada jaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah tidak terbendung lagi. Perkembangan ipteks mempengaruhi kehidupan manusia sehingga menuntut adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia sebagai bagian yang terintegrasi dari perkembangan ipteks itu sendiri. Perkembangan iptek banyak diawali dari bangku sekolah. Oleh sebab itu, guru sebagai agen pembelajaran di dalam kelas dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya.
            Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan konskuensi logis dari perkembangan ipteks yang sangat pesat. Perkembangan ipteks mengharuskan penyesuaian dan peningkatan proses secara berlanjut dan terus menerus. Hal ini diikuti dengan perlunya mengadakan pemutahiran strategi dan konsep-konsep  pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri.
            Upaya peningkatan kualitas pembelajaran hendaknya dilakukan dengan paradigma pemikiran RAI : research-action-improvement, yang bersifat bottom-up, realistik-pragmatik yang diawali dengan diagnosis masalah secara nyata yang diakhiri dengan sebuah perbaikan (improvement). Upaya perbaikan kualitas pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri untuk mau melakukan perbaikan (Tantra, 2005).
            Prosedur diagnosis masalah bisa dilakukan dengan menganalisis situasi kini yang sedang terjadi (present situation analysis). Ada tiga sumber informasi yang diperoleh dari analisis situasi ini yaitu 1) guru, 2) kepala sekolah/kepala UPP, dan 3) proses belajar mengajar itu sendiri. Berangkat dari ketiga sumber ini, informasi  dari ketiga sumber tersebut  akan dikumpulkan dan dipakai dasar untuk mencari dan menentukan pemecahan masalahnya (Rindjin, Sarna, Padmadewi, 2006).
 Hasil survey yang dilakukan penulis dan tim tentang diagnosis masalah pembelajaran di sekolah dasar di Kecamatan Bulelng setahun yang lalu menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi oleh guru sekolah dasar bisa dikategorikan dalam tiga tataran yaitu ada pada tataran makro, tataran meso dan ada pada tataran mikro.
Masalah pada tataran makro berhubungan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan yang secara makro mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya perkembangan media hiburan (seperti play station sampai ke pelosok desa) yang sulit dikendalikan dan mempengaruhi para siswa. Masalah pada tataran meso misalnya kesulitan guru menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi informasi, perhatian orang tua yang kurang optimal terhadap pendidikan putra putri mereka sehingga sebagai akibatnya sekolah dan guru merasa tidak mendapat dukungan dari orang tua untuk bersama-sama mendidik siswa mereka, jauhnya jarak rumah siswa dan sekolah yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas dan banyak lagi  contoh-contoh lainnya yang semuanya dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Sedangkan masalah pada tataran mikro berhubungan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
Masalah pada tataran makro, agak sulit untuk ditangani oleh guru secara langsung. Hal ini harus ditangani secara bersama-sama dengan pihak terkait baik itu atasan guru (kepala sekolah) maupun pihak dinas pendidikan dan pihak komite sekolah. Demikian juga halnya dengan masalah pada tataran meso. Masalah-masalah pada kategori ini juga memerlukan bantuan pihak luar seperti masyarakat/orang tua siswa.
Masalah pada tataran mikro adalah masalah yang dialami guru secara langsung pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis tahun pada tahun 2006, dapat dinyatakan bahwa masalah yang dialami oleh guru cukup kompleks karena masalah guru terjadi pada semua tahapan pembelajaran, yaitu ada pada tahapan perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam tahap melakukan evaluasi.
Pada tahapan perencanaan, guru mengakui bahwa mereka mengalami masalah dalam mengaitkan  standar kompetensi, kompetensi dasar , indikator dan asesmen. Di samping itu, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa guru, mereka juga belum bisa membedakan beberapa istilah khusus yang digunakan dalam penulisan RP (Rencana Pembelajaran), seperti halnya membedakan istilah standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Demikian juga halnya dengan istilah asesmen. Para guru belum bisa membedakan kata asesmen dan tes, sehingga mereka merasa belum yakin, apakah informasi yang ditulis dalam RP berkenaan dengan istilah-istilah tersebut sudah tepat atau belum. Hal ini sebenarnya merupakan masalah yang mendasar yang melandasi tahapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berikutnya.
Pada tahapan pelaksanaan, guru menyadari bahwa mereka banyak mengalami masalah terutama dalam mengelola kelas untuk jumlah siswa yang banyak dan menghadapi siswa yang heterogen. Guru juga mengakui bahwa mereka kurang kreatif sehingga banyak di antara mereka kurang terampil untuk mengatur strategi pembelajaran secara berkelompok, serta merasa tidak memahami berbagai strategi pembelajaran yang inovatif yang bisa digunakan untuk memvariasikan strategi pembelajaran di dalam kelas. Ketika mereka ditanya lebih lanjut sehubungan dengan usaha apa yang telah mereka lakukan dengan kenyataan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka mengajar secara klasikal, lebih banyak menterjemahkan secara langsung kalau siswa tidak bisa memahami kata-kata yang mereka anggap sulit dan menyuruh siswa untuk mengisi Lembar Kerja Siswa yang dimiliki oleh siswa. Masalah ini juga disebabkan oleh minimnya fasilitas yang berupa alat peraga yang bisa mereka gunakan untuk menunjang pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru dapat disimpulkan bahwa kurangnya alat peraga yang bisa digunakan di dalam kelas adalah karena minimnya pengetahuan mereka tentang strategi pembelajaran sehingga mereka tidak tahu media apa yang harus mereka gunakan dalam menjelaskan suatu konsep atau saat membaca maupun saat siswa melakukan aktivitas lain. Di samping itu mereka sangat kurang kreatif untuk bisa memanfaatkan barang-barang sekitar mereka sebagai alat bantu mengajar.
Masalah lain yang juga dirasakan guru adalah dalam melakukan asesmen. Guru menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui berbagai teknik dan bentuk asesmen yang bisa dipakai oleh guru di dalam kelas. Demikian juga halnya dengan cara/teknik asesmen yang dipakai untuk mengukur semua domain (kognitif, psikomotor maupun afektif). Ketika ditanya jenis tes apa yang biasanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran mereka menyebutkan beberapa jenis tes yang semuanya merupakan ‘recognition test’ yang hanya menilai kemampuan pasif siswa. Padahal jenis tes yang semestinya lebih banyak digunakan dalam kaitannya pembelajaran berbasis kompetensi adalah asesmen otentik (O’Malley dan Pierce, 1996). Guru merasa memiliki pengetahuan yang sangat minim dalam hal ini, sehingga mereka menyarankan dan momohon kepada pihak terkait agar pengetahuan mereka di bidang ini ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan.
Demikian masalah-masalah yang dirasakan oleh guru yang sesungguhnya sangat kompleks dan memerlukan perhatian dan upaya tindak lanjut yang serius. Dengan masalah yang mereka alami dan ungkapkan seperti itu, maka dikuatirkan  standar kompetensi lulusan tidak akan tercapai secara optimal. 
            Berdasarkan paparan yang disebutkan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa masalah yang dihadapi guru sangat mendasar dan kompleks.  Masalah yang dihadapi oleh guru tersebut ada pada tataran kognitif maupun pada tataran aplikatif –pragmatik. Dengan kata lain, guru belum memahami tentang bagaimana strategi pembelajaran yang inovatif dan bagaimana cara mereka untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Dengan demikian masalah yang dihadapi oleh guru dapat dirumuskan sebagai berikut.
1)      Bagaimanakan caranya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru di
      sekolah dasar? Hal ini mencakup masalah-masalah dalam :                                
-          membuat perencanaan
-          memilih strategi pembelajaran yang tepat
-          melaksanakan strategi pembelajaran inovatif
-          melaksanakan asesmen     
-          cara melaksanakan penelitian tindakan kelas
            Berdasarkan paparan  dan rumusan masalah tersebut, pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Secara lebih spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
1)      meningkatkan pemahaman guru dalam membuat perencanaan pembelajaran.
2)      Meningkatkan pemahaman guru dalam memilih strategi pembelajaran yang inovatif.
3)      Meningkatkan pemahaman guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran dan melakukan asesmen.
4)      Meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan penelitian sebagai upaya peningkatan kualitas profesionalnya sebagai guru.
            Dalam upaya untuk memecahkan masalah sesuai dengan tujuan kegiatan ini, maka kegiatan pengabdian pada masyarakat ini  diatur sesuai dengan kerangka kegiatan dengan prosedur sebagai berikut.
Diagram 1 : Diagram Pemecahan Masalah




























Analisis situasi
 

Standar mutu proses pembelajaran
 









Keterampilan sumber daya di jurusan bahasa Inggris
 




Kondisi riil yang dialami guru di Kec. Buleleng
 



Penentuan Model bantuan
 










Pemilihan dan penentuann tenaga pelatih
 







 











PROGRAM : Peningkatan kualitas pembelajaran sekolah dasar melalui pelatihan strategi pembelajaran dan penelitian tindakan kelas
 
 

           
            Diagram di atas menunjukkan bahwa paradigma pemecahan masalah diawali dengan analisis situasi tentang kualitas pembelajaran guru-guru SD di Kecamatan Buleleng yang merupakan salah satu standar mutu yang harus dikerjakan dan dicapai oleh guru serta merupakan salah satu kebijakan Dinas Pendidikan Kecamatan Buleleng. Dengan mengacu pada kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas guru, serta dengan memperhatikan  kondisi riil yang dialami oleh guru SD, maka perlu ditentukan model pemecahan masalah yang didukung oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha Singaraja. Untuk meyakinkan kegiatan ini dilaksanakan secara tepat guna, selanjutnya dilakukan pemilihan dan penentuan tenaga pelatih. Setelah langkah ini ditetapkan, maka perencanaan dan pelaksanaan program segera ditentukan.

B. METODOLOGI KEGIATAN
            Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang  dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW). Tahapan-tahapan aktivitasnya secara umum mengikuti paradigma Information Processing Theory yang terdiri dari  penyemaian informasi (encoding), pengintergrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi (rehearsal) dan pembelajaran informasi (learning). Untuk mendapat hasil kegiatan yang optimal strategi TW diawali dengan pemberian informasi secara bilateral, dilanjutkan dengan pemberian tugas secara individu dan kelompok, pemantauan secara klinis terhadap pemahaman peserta dan evaluasi. Selanjutnya, untuk memastikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dengan penuh komitmen dan tanggungjawab, maka kegiatan  ini  dipantau oleh Tim Monev Lembaga sehingga kegiatan ini dapat mencapai tujuan yang telah dicanangkan yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.







Tabel 3 : Kriteria Keberhasilan Kegiatan P2M
No
Kompetensi Sebelum Pelaksanaan
%
Kompetensi Sesudah Pelaksanaan
%
1
Strategi Pembelajaran Inovatif
20 %
Strategi Pembelajaran Inovatif
80%
2
Perencanaan Pembelajaran
45%
Perencanaan Pembelajaran
80%
3
Asesmen Berbasis Kompetensi
10%
Asesmen Berbasis Kompetensi
80%
4
Konsep dasar PTK
10%
Konsep dasar PTK
80%
5
Prosedur PTK
10%
Prosedur PTK
80%
6
Identifikasi masalah pembelajaran dan pemilihan strategi yang tepat
20%
Identifikasi masalah pembelajaran dan pemilihan strategi yang tepat
80%
7
Merencanakan PTK
10%
Merencanakan PTK
80%

            Tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan. Kalau setelah pelatihan terjadi adanya peningkatan kemampuan dibandingkan dengan sebelum pelatihan dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan P2M yang diberikan efektif dan berhasil dengan baik.

F. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
            Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topik kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat. Peningkatan ini dapat dinyatakan dalam dalam tabel berikut.







Tabel 4. Peningkatan kompetensi peserta di bidang Inovasi Pembelajaran


No
Kompetensi di bidang inovasi pembelajaran
Teknik Penilaian
Sebelum Pelatihan
Sesudah Pelatihan
1
Pemahaman guru tentang strategi pembelajaran inovatif sangat rendah
Mampu memaparkan contoh-contoh pembelajaran yang inovatif
- Dengan menggunakan tes kinerja, dimana tiap-tiap peserta disuruh untuk mempraktekkan pembelajaran inovatif di depan semua peserta.
- Wawancara dengan peserta sebelum pelatihan dimulai dan dibandingkan dengan hasil wawancara setelah pelatihan berlangsung
2
Sebagian besar guru tidak mampu untuk mengindentifikasi jenis-jenis strategi pembelajaran yang inovatif
Hampir semua guru mampu memberi contoh strategi pembelajaran yang inovatif
Memberikan tugas secara individu untuk menulis contoh strategi pembelajaran yang inovatif
3
Sebagian besar guru tidak mampu menentukan asesmen yang tepat untuk mengukur sesuai dengan indikator
Guru mampu menentukan jenis asesmen yang cocok sesuai dengan indikator yang ditentukan
Focused group discussion dan menulis secara singkat tenik asesmen yang cocok untuk dipakai mengukur kompetensi sesuai dengan indikator.
4.
Guru tidak tahu bagaimana cara mengelola kelas yang variatif
Guru mampu menjelaskan strategi pengelolaan kelas
Focused group discussion kemudian peserta menjelaskan secara singkat beberapa strategi pengelolaan kelas yang cocok dengan strategi pembelajaran yang dipakai
5.
Masih ada guru yang tidak mampu membuat perencanaan pembelajaran yang benar
Guru mampu membuat perencanaan pembelajaran yang benar
Focused group discussion kemudian peserta membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diajar di kelas masing-masing.

            Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa. Di samping itu, guru juga memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang strategi pembelajaran yang inovatif dan pelatihan yang diikuti guru telah mampu membuka wawasan guru tentang bagaimana caranya membuat pembelajaran yang variatif dan inovatif agar siswa merasa senang dan menikmati situasi pembelajaran di kelas. Tetapi hal yang masih sulit bagi guru adalah keterampilan mengelola kelas. Guru masih memiliki pola pikir bahwa guru adalah pusat informasi dan masih sering mendominasi kelas dan kurang terampil untuk mengubah pola pikir yang ’teacher centred’ tersebut menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru masih kurang kreatif untuk mengubah strategi pelajaran  untuk menjadi  lebih inovatif. Tetapi dengan contoh-contoh yang diberikan oleh pelatih, guru menjadi lebih kreatif dan setiap guru yang terlibat mampu membuat satu contoh pembelajaran yang inovatif sesuai dengan   masalah pembelajaran yang ingin dipecahkan.
            Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempunyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan selama diskusi dengan teman sejawatnya maupun dari draft rancangan penelitian yang mereka buat selama mengikuti pelatihan.  Peningkatan guru dalam memahami penelitian tindakan kelas dinyatakan dalam tabel berikut.






Tabel 5. Peningkatan kompetensi peserta di bidang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

No
Kompetensi di bidang PTK
Teknik Penilaian
Sebelum Pelatihan
Sesudah Pelatihan
1
Guru tidak mengetahui konsep dasar PTK
Memahami PTK dengan jelas
wawancara dengan peserta sebelum pelatihan dimulai dan dibandingkan dengan wawancara setelah pelatihan berlangsung
2
Sebagian besar guru tidak mampu untuk mengindentifikasi masalah pembelajaran yang bisa dipecahkan dengan PTK
Semua guru mampu mengidentifikasi masalah pembelajaran yang mereka hadapi di kelas masing-masing untuk ditangani melalui PTK
Memberikan tugas secara individu untuk menulis masalah pembelajaran yang mereka hadapi
3
Sebagian besar guru tidak mampu menentukan jenis tindakan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi
Semua guru bisa menentukan jenis tindakan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi
Focused group discussion dan menulis secara singkat tindakan yang dipakai untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
4.
Guru tidak tahu bagaimana cara membuat perencanaan PTK melalui siklus kegiatan
Guru mampu membuat perencanaan pelaksanan PTK melalui siklus kegiatan
Focused group discussion kemudian peserta menulis secara singkat langkah-langkah tindakan yang dirancang dalam beberapa siklus untuk memecahkan masalah yang mereka ajukan dalam PTK
5
Guru kurang memahami sepenuhnya bentuk dan jenis asesmen yang harus dibuat untuk mengukur keberhasilan tindakan
Guru mampu mengembangkan asesmen sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan tindakan yang diaplikasikan
Focused group discussion, kemudian tiap-tiap peserta harus membuat asesmen sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan
6.
Guru tidak tahu bagaimana membuat rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) secara singkat.
Guru mampu membuat draft rancangan PTK
Focused group discussion kemudian peserta membuat draft rancangan PTK untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi di kelas masing-masing.

            Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan selama pelatihan berlangsung dapat dinyatakan bahwa para peserta merasa sangat antusias dan sangat senang mengikuti pelatihan karena mereka merasa bahwa PTK yang disosialisasikan oleh Tim pelatih sangat mudah untuk dipahami, langsung dapat diaplikasikan serta memiliki manfaat yang sangat tinggi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Di samping itu, peserta juga mengakui bahwa pelatihan PTK kali ini merupakan sosialisasi yang pertama mereka ikuti. Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam tabel di atas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.
            Berdasarkan hasil wawancara  dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK. Pada awalnya guru sulit untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dialaminya dalam proses belajar mengajar, tetapi setelah adanya FGD dan dengan bimbingan pelatih, guru pada akhirnya mampu menuliskan masalah-masalah yang mereka alami dan memilih masalah yang layak untuk ditangani dengan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dinyatakan bahwa teknik FGD yang diterapkan ternyata efektif  untuk membuat guru untuk bisa saling mendiskusikan permasalahan yang mereka alami serta menentukan strategi atau tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah.
            Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecahkan atau tidak. Pada awalnya, jenis asesmen yang dibuat guru tidak memiliki benang merah antara masalah yang ingin dipecahkan dengan alat ukur yang dipakai untuk mengukur efektivitas tindakan.  Tetapi dengan bantuan pelatih serta dengan memberikan model atau contoh, guru kemudian mampu untuk membuat jenis asesmen untuk masalah yang mereka alami. Jenis asesmen yang mereka buat sendiri kemudian  didiskusikan dengan teman peserta lain sehingga mereka bisa membuat bentuk dan jenis asesmen yang tepat dan sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan. Dengan pengetahuan dan mekanisme seperti itu, dapat diharapkan bahwa guru yang mengikuti pelatihan memiliki modal dasar yang cukup kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.



G. SIMPULAN
            Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan dalam bidang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kompetensi peserta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.  




DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M & Totok Bintoro. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan
Problem dalam Belajar : Pedoman Guru. Jakarta : proyek Peningkatakan Mutu SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional

 Abrami, P.C & Chambers, B. 1996. Research on cooperative learning and achievement :
comments on Slavin. Contemporary Educational Psychology, 21. 70-79

Bridges, D. 1990. The character of discussion : A focus on students. In W. Willen (Ed.)
Teaching and Learning through Discussion (pp.15-28) Norwood, NJ : Ablex

Brookfield, S.D. 1990. The Skillful Teacher : On Technique, Trust, and Responsiveness
in the Classroom. San Fransisco : Jossey-Bass

Frederick, P.J. 1994. Classroom Discussions. In K.W. Prichard and R. McLaren Sawyer
(Eds) Handbook of College Teaching: Theory and Application. Westport, Connecticut : Greenwood Press.

Hudson, P. 1991. A comparison of two group methods of teaching communication skills
to high school students. Journal of Specialists in Group Work, 16 (4), 255-263

Johnson, D.W., Johnson, R.T. & Johnson-Holubec, E.J. 1993. Cooperation in the
Classroom (6th ed). Edina, MA : Interaction Book

Johnson, D.W., Johnson, R.T. 1994. Learning together and alone. Cooperative,
Competitive, and Indiviadualistic Learning (4th ed). Needham Heights, MA :
Allyn and Bacon.

Jones, B.F., Palinscar, S., Ogle, D.S. & Carr, E.G. (Eds). 1987. Strategic Teaching and
Learning : Cognitive Instrcution in the Content Areas. Alexandria, VA : Association for Supervision and Curriculum Development.

Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies. Katoomba NSW: Social Science Press


O’Malley, Michael J; Pierce, Lorraine Valdez.1996. Authentic Assessment for English
Language Learners. A Practical Approach for Teachers. United States of America : Addison-Wesley Publishing Company.

Slavin, R.E. 1995.  Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. Englewood
Cliffs, N.J. : Prentice Hall.

Tantra, D.K. 2005. Peningkatan Profesionalisme Guru dengan Paradigma Baru ( makalah
disampaikan dalam workshop menumbuhkan komitmen guru dan pegawai SMA Negeri 3 Denpasar, pada tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan.
 
Whitman, C.1990. Break a leg. Touch a mind : Using teacher-created skits. Social  
Science Record, 27 (2), 57-59   


Rindjin, Sarna, Padmadewi. 2006. Diagnosis Masalah Pembelajaran (Makalah
disampaikan dalam Focused Group Discussion antar Guru-Guru SD, SMP se-
Kabupaten Buleleng tanggal 21 Oktober 2006.

Tantra, Dewa Komang. 2005. Penelitian Tindakan Kelas (Makalah disampaikan dalam
Workshop Menumbuhkan Komitmen Guru dan Pegawai SMA Negeri 4 Denpasar
tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan).















Blogger templates

Pages

Powered By Blogger
Mahmudin. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

My Book

  • Ihwal tentang Pendidikan, Ilmu Biologi, Novel Best Seller, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Negeri 5 Menara, Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta, Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses, Jangan Belajar Kalau Gak Tahu Caranya, Sukses Sebelum Lulus Kuliah, Kumpulan Cerpen, Puisi, dll.





Resensi

Pengikut

Popular Posts

Blog Archive

About Me

Foto saya
Serang, Serang/Banten, Indonesia
Serang-Banten, Indonesia Mahmudin lahir di Lebak, 02 februari 1991. Sedang menyelesaikan S1 di University of Sultan Ageng Tirtayasa. Pendidikan Biologi. Laman ini berisikan pengetahuan umum dan materi-materi pembelajaran baik disekolah, lingkungan kampus maupun masyarakat umum yang dapat diakses dengan mudah, semoga isi dan konten dalam materi tersebut dapat membawa keberkahan untuk semua. Amin. (Ad-dhi3n)Dalam melakukan tindakan selalu dilakukan dengan penuh hati-hati agar segala yang telah direncanakan dapat tercapai optimal, namun terkadang sesuatu yang telah direncanakan itu dapat dengan mudah dilupakan.