NIKAH MUDA


Tertarik dengan fenomena yang ada sekarang, terutama di kampus. banyak orang yang berlomba – lomba mencari pasangan hidupnya. Saling men-cap satu dan lain nya, entah ikhwan ke akhwat atau akhwat ke ikhwan. Berlomba, kayak 17-an aja … :D

Tak bisa di pungkiri, tak mau ber-label munafik, saya pun pernah ikut terlibat jadi “peserta” nya. Sibuk lihat sana – sini, kiri – kanan, atas – bawah, maksudne lantai atas dan lantai bawah gedung , tau aja ada yang nge-lirik.. hehe. Sampe pegel leher, karena sibuk mantau “seseorang”.

Berbagai macam cara “pendekatan” dilakukan. Lewat sms, chat, miscall (masih musim gak yah ..), atau berusaha tampak soleh didepan si ‘anu’. Pakaian yang rapih, sok pinter, sok wibawa, sok ganteng. Bawa buku tebel, biar tampak rajin. Bawa qur’an kemana – mana biar tampak soleh. Bawa payung kemana – mana, biar gak kehujanan, (nb: biar bisa bareng sama si do’I, kalo ujan turun. Kan romantis tuh, prikitiiww).

Kayak pengalaman pribadi, hehe … jadi banyak evaluasi buat diri sendiri neh.

Saat pesan berbalas, ada kuncup bunga berkembang dalam dada. Makin menjadi saja tingkah “sok” nya. Ada rasa, “She or He knows, what I feel”. Padahal mah, belum tentu. Alias “ke-pede-an”, hehe.

Saat pilihan sudah tetap, dan yakin … bahwa, si do’i lah pasangan hidupnya. Dia pun sibuk men-klaim, “tuh, calon saya … “. Hingga suatu hari …

Ada surat undangan yang datang. Bertuliskan nama seseorang, dan seseorang yang lain dibawahnya, dipisahkan oleh gambar hati, nama si do’i. selembar surat yang wanginya menusuk kalbu. Patahkan bunga – bunga yang sudah berkembang. Luluhkan “semangat perjuangan” yang tadinya membara, laksana api unggun dimalam yang gelap gulita.

Lalu apa yang terjadi setelah itu ?

Bunuh diri, bisa jadi. Bakar rumah, mungkin saja. Minum racun, jelas bisa. Pecahin kaca, silahkan. Atau, cari yang laen, hemmm, boleh juga tuh. Yang jelas, satu yang akan dan sudah terjadi … ada keraguan dalam dirinya pada kuasa Allah, pencipta alam semesta, yang maha kuasa atas segala sesuatu.

Sekedar mengingatkan,Allah berfriman :

“ dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”[adz-dzriyat : 49]

Juga dalam sebuah hadist :

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi bersabda : “Telah ditetepkan bagi setiap anak Adam bagian dosa dari zina yang pasti akan ditemuinya. Kedua mata dosanya melihat; kedua telinga dosanya mendengar; kedua lidah dosanya membicarakannya; kedua tangan dosanya memegang; kedua kaki dosanya melangkah; dan hati dosanya membayangkan atau mengangan – angankannya. Semua itu akan dinyatakan atau tidak oleh kemaluannya" [Qs An-Nur 26].

Berhati – hatilah, bedakan antara tergesa – gesa dan menyegerakan. Bukan berarti, karena “sudah gak nahan”, langsung saja kita terima tawaran, atau segera menawarkan diri.

* Sudahkah kita evaluasi diri, sampai mana kemampuan kita setelah pintu pernikahan kita lalui ?
* Sudahkah, tingkatan iman kita mampu membentengi diri, dan memberi solusi saat ujian datang menerpa ?
* Sudahkah amalan kita cukup, untuk menutupi ke-dzaliman kita pada istri/suami, saat hak – hak yang ada tidak kita penuhi ?
* Sudahkah, kita siap, menerima jilatan api neraka yang setetes apinya saja, bisa meluluhkan seluruh tubuh ?

Tapi, bukan berarti harus diam dan menunggu "jodoh" itu datang dengan sendirinya, harus ada usaha kesana. Jelas dalam sebuah ayat :

wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)

Perbaiki diri untuk mendapatlan yang baik, bukanlah sebuah kesalahan ... Satu kesalahan terbesar adalah "mengharap yang baik, tapi enggan memperbaiki diri", kalo itu terjadi, Apa Kata Dunia?

Menasehati memang mudah, namun melaksanakan nasehat itu sulit. Artikel ini pun berlaku untuk diri saya pribadi, bahkan mungkin saya lebih “parah” penyakitnya, dan perlu mencari “obat” yang lebih manjur daripada artikel ini.

Namun, apapun kondisinya, satu hal, satu prinsip yang saya pegang, bahwa saling menasehati adalah satu upaya evaluasi diri.

Semoga, banyak hal yang dapat kita “bongkar”, hingga kita tahu maksud dan tujuannya. Dan kita jadikan sebagai bahan bakar untuk evaluasi diri. Hingga predikat “hari ini lebih baik, dari hari kemarin” selalu ada disetiap hari kit
a.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Pages

Powered By Blogger
Mahmudin. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

My Book

  • Ihwal tentang Pendidikan, Ilmu Biologi, Novel Best Seller, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Negeri 5 Menara, Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta, Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses, Jangan Belajar Kalau Gak Tahu Caranya, Sukses Sebelum Lulus Kuliah, Kumpulan Cerpen, Puisi, dll.





Resensi

Pengikut

Popular Posts

Blog Archive

About Me

Foto saya
Serang, Serang/Banten, Indonesia
Serang-Banten, Indonesia Mahmudin lahir di Lebak, 02 februari 1991. Sedang menyelesaikan S1 di University of Sultan Ageng Tirtayasa. Pendidikan Biologi. Laman ini berisikan pengetahuan umum dan materi-materi pembelajaran baik disekolah, lingkungan kampus maupun masyarakat umum yang dapat diakses dengan mudah, semoga isi dan konten dalam materi tersebut dapat membawa keberkahan untuk semua. Amin. (Ad-dhi3n)Dalam melakukan tindakan selalu dilakukan dengan penuh hati-hati agar segala yang telah direncanakan dapat tercapai optimal, namun terkadang sesuatu yang telah direncanakan itu dapat dengan mudah dilupakan.